Jayapura, ANDARIAS GIYAI NEWS - Salah satu
ondoafi (kepala suku) Kampung Bambar, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua,
Orgenes Kaway menyatakan, Cenderawasih, burung khas Papua mulai punah lantaran
terus diburu untuk berbagai keperluan, salah satunya dijadikan Hiasan Kepala.
Ia mengatakan, dahulu, tidak boleh sembarang orang yang
menggunakan Mahkota Cenderawasih, selain kepala Suku atau orang yang dihormati
di suatu Wilayah.
"Sekarang tidak lagi.
Siapapun bisa pakai mahkota Cenderawasih. Ini karena ego orang
seiring perkembangan zaman, membuat Cenderawasih terus diburu untuk berbagai
keperluan aksesoris," kata Kaway kepada Jubi, Selasa (17/5/2017).
Menurut dia, Cenderawasih yang merupakan simbol orang asli
Papua, terutama para Pemimpin.
"Saya juga kadang bingung, siapa pemimpin siapa rakyat.
Semua mau menjadi pemimpin adat. Kalau di pemerintahan, silahkan saja. Kalau
dalam tatanan adat, sejak dulu sudah ada aturan turun temurunnya. Namun kita
bersyukur Injil bisa mengubah peradaban kita dan Injil mengubah
perbedaan," ujarnya.
Meski begitu kata dia, bukan berarti kita harus mengabaikan
tatanan adat. Tatanan yang sudah ada secara turun temurun. Zaman dulu, dalam
satu kampung, hanya ada tiga atau empat orang yang berhak menggunakan mahkota
Cenderawasih. Kini tidak lagi, siapapun bisa.
Anggota Komisi V DPR Papua, komisi yang membidangi budaya, Natan
Pahabol mengatakan, orang Papua jangan bangga memiliki Cenderawasih, karena
burung itu sekarang sudah hampir punah.
"Selain terus diburuh, pembangunan menyebabkan burung ini
mencari habitat baru. Diperkirakan, banyak Cenderawasih yang sudah menyeberang
ke Wilayah Papua Nugini," kata Natan.
Semua pihak, termasuk masyarakat diingatkan perlu ikut
melestarikan Cenderawasih. Jangan lagi memburu burung ini hanya untuk
kepentingan ekonomi. (*)
Link: http://tabloidjubi.com
0 komentar:
Posting Komentar