Aleks Giyai
Kini hijau desaku hijaunya kelabu
Hektaran tanah bertumbuh sekam
Tak ada lagi hamparan kebun
Pun ubi dan sagu yang terbilang pokok sehari hilang
Hektaran tanah bertumbuh sekam
Tak ada lagi hamparan kebun
Pun ubi dan sagu yang terbilang pokok sehari hilang
Udara sejuk
pedesaan perlahan menghilang
Lambat laun kian gersang dan tandus
Bunga yang dulunya penghias pinggiran jalan
Kini terlintas roda-roda kendaraan berduri
Lambat laun kian gersang dan tandus
Bunga yang dulunya penghias pinggiran jalan
Kini terlintas roda-roda kendaraan berduri
Angin
dan topan melanda desaku
Murka durhaka sedang mendustai rakyat
Puing-puing ilmu kaum terdidik jadi durjana
Karena intelektual lebih memilih berfoya-foya
Di balik gedung-gedung yang membungkam
Murka durhaka sedang mendustai rakyat
Puing-puing ilmu kaum terdidik jadi durjana
Karena intelektual lebih memilih berfoya-foya
Di balik gedung-gedung yang membungkam
Kini
masyarakat memulai hijrah berkelana
Mendewakan kota-kota tanpa tujuan menyembah
Anak dan istri tanggis rintih merintih di kebun tua
Di beranda setiap rumah ilalang tumbuh melangit
Mendewakan kota-kota tanpa tujuan menyembah
Anak dan istri tanggis rintih merintih di kebun tua
Di beranda setiap rumah ilalang tumbuh melangit
Desaku
Tak sesejuk dahulu sebagai panutanku
Tak seindah masa kecilku sebagai gembiraku
Dan tak seharum bunga-bunga yang telah berlalu
Di ujung kelopak mata ini hanya airmata berderai
Tak sesejuk dahulu sebagai panutanku
Tak seindah masa kecilku sebagai gembiraku
Dan tak seharum bunga-bunga yang telah berlalu
Di ujung kelopak mata ini hanya airmata berderai
Hollandia,
30/05/17
Karya : Aleks Giyai
Karya : Aleks Giyai
0 komentar:
Posting Komentar