AG News___ Mambesak, bagai burung cenderawasih yang menari di hutan belantara, syair hidupnya melambangkan kebebasan jiwa yang tak terikat. Seperti sayap cenderawasih yang menari-nari di udara biru, membawa hati yang mendengarnya terbang tinggi dalam penghayatan makna kehidupan.
Dia mengajarkan tentang keindahan dalam kesederhanaan, bagaimana setiap not musik yang disusun dengan penuh perasaan, mampu membuka pintu hati rakyat yang dikunci rapat oleh penjajah. Dia adalah penari emosi yang merangkul segala suka dan duka, dan dalam gerakannya, mampu menyentuh jiwa yang kering oleh dalam teror penjajah.
Seperti cenderawasih yang memancarkan warna-warni bulu yang memukau, syair hidupnya membawa nuansa dan karakter yang unik. Setiap nadanya berbicara tentang cerita-cerita berbeda, seolah menciptakan palet emosi yang tak terbatas. Ia adalah seniman yang tak pernah lelah menggali emosi dalam diri dan menghadirkannya dalam nada-nada yang indah.
Bagai burung cenderawasih yang berdansa di antara pepohonan, syair hidupnya telah menari dalam kehidupan kita, membawa keindahan yang tak terlupakan. Ia menjadi bagian dari keajaiban alam semesta, menghiasi pikiran dan perasaan, menyemarakkan setiap cerita dan kisah yang kita tulis di atas lembaran hidup bangsa ini.
Mambesak, sang cenderawasih jiwa, terjebak dalam belenggu ketidakadilan dan penindasan. Dalam keberanian yang tiada tara, ia menyanyikan kembali syair hidup yang penuh misteri bagi rakyat terjajah, meskipun dikepung oleh tentara kolonial yang haus darah.
Dalam sorak-sorai kebencian yang menusuk, Mambesak menolak untuk membungkam syair hidupnya. Ia merdukan lagu-lagu menggetarkan jiwa para pendengar dan mengisahkan derita dan perjuangan rakyatnya. Dalam setiap liriknya terselip pesan-pesan berani untuk tetap mempertahankan identitas dan semangat nasionalisme.
Pantai Base G menjadi saksi, laras senjata tentara kolonial mengentikan Mambesak. Senyum penuh harapannya pun redup seperti bintang yang ditutupi awan. Dalam reruntuhan keadilan, tawa jahat mengejek, sekalipun tangis sedih tak mampu meredam nyanyiannya.
Ombak menghempaskan deras di pantai itu, sang legenda Mambesak menghadap takdirnya dengan wajah tegar. Ia menolak melepaskan nasionalisme yang mengalir dalam setiap nadinya. Tidak lagi terikat pada belenggu penjara, namun jiwa dan melodi Mambesak tetap mengalun bebas.
Mungkin, ia meninggalkan misteri ini untuk mengajak kita merenung dan mengeksplorasi arti sejati dari kehidupan. Seperti segala sesuatu di alam ini, ia menjadi bagian dari harmoni besar yang tak tergoyahkan. Syair hidupnya akan terus mengalun dalam benak para pendengar, menuntun kita melewati setiap liku-liku hidup.
Seperti burung cenderawasih yang tetap berdansa di antara bahaya, Mambesak tetap menari dalam kenangan, mengingatkan kita akan arti pentingnya menghargai kebebasan dan persatuan.
Selamat Ulang Tahun Mambesak
1978-2023
Sumber : Akun Fb Wissel Van Nunubado
0 komentar:
Posting Komentar