95% RAKYAT WEST PAPUA MAU MERDEKA




Oleh Dr. Socratez Yoman, MA

Pada Juni 1969 Duta Besar Pemerintah Amerika Serikat untuk Indonesia secara rahasia sampaikan kepada Dr. Ferbando Ortiz Sanz Perwakilan Sekjen PBB untuk mengawasi pelaksanaan pepera 1969 di West Papua, "95% orang-orang Papua mendukung Gerakan Kemerdekaan Papua". (Sumber: Dok. W.Lydman's Report, July 18, 1969, in AA).

Duta Besar Indonesia, Sudjarwo Tjondronegoro mengakui: "...banyak orang Papua kemungkinan tidak setuju tinggal dengan Indonesia". ( Sumber: Dok. Laporan Resmi Sidang Umum PBB mm ex 1, alinea 126).

Dr. John Saltford mengemukakan: " Dr. Fernando Ortiz Sanz sendiri menyampaikan laporan bahwa banyak pernyataan yang dia terima dalam akhir minggu tahun 1969 adalah melawan Indonesia, dengan demikian, alasan yang dapat diterima dalam kesimpulan jumlah 60% pernyataan ditujukkan kepada PBB adalah melawan Indonesia dan Setuju Referendum secara Jujur dan Terbuka..." ( Saltford: United Nations Involment With the Act of Free Self-Determination in West Papua 1968 to 1969).


Adapun bukti-bukti lain adalah "...156 dari 179 pernyataan yang masih tersimpan, sesuai dengan semua yang diterima sampai tanggal 30 April 1969, dari seluruh pernyataan ini, 95 pernyataan Anti/Melawan Indonesia, 59 Pernyataan Pro Indonesia, dan 2 Pernyataan adalah Netral". ( Sumber resmi: Dok. PBB di New York: Six lists of summaries of political communications from unidentified Papuans to Ortiz Sanz, August 1968 to April 1969: UN Series 100, Box 1, File 5).

Para pembaca artikel yang mulia dan terhormat, apa yang dikutip tadi adalah peristiwa ketidakadilan yang benar-benar terjadi 48 tahun lalu pada 1969.

Setelah peristiwa yang tidak adil dan kejahatan seperti itu, Pemerintah Indonesia membangun Pendidikan TK-PT di West Papua. Dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dan melalui buku-buku diajarkan tentang Sejarah Indonesia, Pahlawan Indonesia, Budaya Indonesia dan Bahasa Indonesia. Semua simbol-simbol Indonesia

[23/8 9:02 PM] Socratez Yoman: diajarkan. Seminar Pendoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) di Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. NKRI harga mati dikampanyekan di berbagai media dan berbagai kesempatan.

Upacara setiap hari Senin dan upacara 17 Agustus dan 1 Mei dan 10 November diadakan dgn melibatkan seluruh siswa dan mahasiswa. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan dibacakan Pancasila dan Sumpah Pemuda.

Pertanyaannya ialah :

1. Apakah melalui Pendidikan dan Pembangunan Pemerintah RI selama 48 tahun di West Papua sudah menurunkan atau menghilangkan dari jumlah 95% rakyat West Papua yang mendukung Merdeka?

2. Apakah Pemerintah RI sudah membangun Nasionalisme ke Indonesiaan dan ideologi yg bebar bagi rakyat dan Bangsa West Papua dengan menghilangkan 95% tadi?

3. Apakah Pemerintah RI telah memenangkan hati Rakyat dan bangsa West Papua untuk tetap setia pada Republik Indonesia?

Jawabannya adalah Pemerintah Republik Indonesia Gagal Total Membangun Nasionalisme ke Indonesiaan bagi Rakyat dan Bangsa West Papua.

Justru sebaliknya Pemerintah Indonesia dengan gemilang dan sukses melahirkan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).

Tantangan terbesar bagi Pemerintah Indonesia hari ini adalah yang berjuang untuk West Papua Merdeka adalah semua generasi yang di didik dengan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Republik Indonesia. Jika realitasnya demikian, ada sesuatu yang tidak beres dalam proses pengintegrasian West Papua ke dalam wilayah Indonesia.

Generasi muda ini menyadari bahwa Pemerintah RI dengan gemilang menduduki dan menjajah Rakyat West Papua dan menghancurkn, melumpuhkn, menghilangkn/ memusnahkn Penduduk Asli West Papua secara Sistematis dan Terstruktur.

Penduduk Asli West Papua telah terpinggir dan semua kekayaan mereka, seperti Tanah, Gunung, Hutan, Bukit, Kali, Batu, Ikan, Kelapa, Sagu, Pinang telah beralih tangan ke tangan para Penjajah Politik dan Penjajah Ekonomi.

Pelanggaran berat HAM sebagai kejahatan Negara selama 48 tahun minta pertanggunjawaban. Kasus seperti penembakan

[23/8 9:02 PM] Socratez Yoman: 4 siswa di Paniai 8 Desember 2014 sampai saat ini pelakunya dari aparat keamanan tetapi dibiarkan saja. Kasus Biak Berdarah, Wasior, Wamena Berdarah, Theys Hiyo Eluay, Aristoteles Masoka, Kasus Penembakan Yawan Wayeni, Opinus Tabuni, Mako Tabuni, Kelly Kwalik, Omanggen Wonda, Pdt. Elisa Tabuni, Yustinus Murip dan Ratusan bahkan Ribuan Penduduk Asli West Papua yang dibantai oleh Negara belum pelaku yang Diadili dan Penjarakan.

Para pembunuh dan pelaku kejahatan diberikan gelar pahlawan nasional dan dipromosikan pangkat dan jabatan. Apakah Watak dan perilaku Pemerintah seperti ini bisa menekan jumlah 95% Rakyat dan Bangsa West Papua yang mau Merdeka?

Slogan NKRI harga mati. Kunjungan Presiden berkali-kali ke West Papua. Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan tidak mampu mereduksi 95% Rakyat dan Bangsa West Papua yang berjuang untuk Merdeka.

Walaupun Pemerintah Republik Indonesia berbohong tentang Persoalan West Papua di berbagai level di tingkat Lokal, Nasional, Regional dan Internasional.

Tetapi, yang jelas dan pasti: Rakyat dan Bangsa West Papua diterima dan diakui oleh Komunitas Lokal, Nasional, Regional dan Internasional bahwa apa yang diperjuangkan berbasis Kebenaran, berbasis Keadilan demi Kemanusiaan, Kesamaan Hak serta Derajat demi Perdamaian Abadi.

Sudah waktunya ULMWP dengan Pemerintah RI duduk berdialog dan berunding secara damai dalam semangat kesetaraan tanpa syarat yang dimediasi pihak ketiga yang netral. Kasus GAM-RI adalah referensi yang sudah teruji bagi pemerintah RI.

Saran saya, lebih baik Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah untuk berunding dengan ULMWP. Jika pemerintah RI terlambat, akan kehilangan muka di arena Internasional dengan masalah kejahatan kemanusiaan dan Pelanggaran Berat HAM di West Papua. Semoga di dengar suara ini!

Terima kasih. Selamat membaca.

------------

Penulis: Ketua Umum/President Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.

Alamat: Ita Wakhu Purom, Numbay (Jayapura) West Papua.
Share on Google Plus

ABOUT ME Andy Giyai

Hidup berjuang demi masyarakatku yang selalu di tindis, di bunuh, di rampok, di siksa seperti binatang buruan di hutan oleh Militerisme Aparat Polisi dan Tentara Nasional Indonesia dan di curi, di rampas serta di kuras habis hasil kekayaan alamku pribumi West Papua oleh negara Indonesia dengan mengupdate berbagai Informasi Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang terjadi di atas tanahku Papua Barat melalui media Web Online pribadi atau di dunia internasional secara berimbang dan beragam".
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar