(Money is yours but Resources Belong to the Society)
Oleh: Dr. Socratez Yoman
Ketika saya baca topik
artikel ini dalam Grup The Spirit of Papua yang dibagi oleh pak Joe sebagai
pengalamannya salah satu diplomat Indonesia di Luar Negeri, saya sebagai
seorang Gembala sangat terganggu tapi juga mendapat inspirasi. Beberapa hari
saya terus merenung secara serius dan juga mendalam dari kata-kata ini.
Mengapa saya terganggu,
mendapat inspirasi, merenung secara serius dan mendalam?
1. Saya sangat
terganggu
Saya terganggu dan
terusik melihat watak dan perilaku beberapa masyarakat West Papua dari
Sorong-Merauke, perorangan, keluarga, kepala suku, ondoafi, ondopolo, raja di
West Papua.
Mereka tidak pernah
sadar bahwa tanah adalah sumber daya alam yang disediakan TUHAN untuk milik dan
kepentingan bersama. Tanah adalah investasi masa depan anak cucu. Tanah adalah
keberlangsungan dan penyambung kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Tanah
adalah hidup kita. Tanah adalah pijakan kita. Tanah adalah segala-galanya.
Tanah adalah pemberian
TUHAN secara gratis dan cuma-cuma. Tanah adalah warisan berharga dan tiada tara
nilainya. Dari dalam tanah mengeluarkan segala sesuatu yang dibutuhkan tubuh
manusia.
Tanah itu mama kita.
Tanah itu ibu kita. Tanah sebagai mama/ibu bertanggungjawab membesarkan kita
dengan menghasilkan segala macam yang manusia butuhkan/perlukan.
Saya sangat terganggu
karena Tanah sebagai sumber kelangsungan hidup/investasi masa depan anak &
cucu kita dan tanah sebagai mama & ibu kita itu dijual dengan mudah &
murah. Manusia-manusia dengan ringan hati, ringan pikiran, ringan tangan, tanah
itu dijual demi mendapatkan uang. Pada saat mereka mendapat uang pada saat itu
juga orang telah kehilangan segala-galanya.
Penjual tidak sadar
bahwa apa yang mereka lakukan adalah gadaikan hidup mereka pada orang lain. Dia
menabur benih-benih kemiskinan dan kemelaratan.
[17/10 9:31 AM] Socratez Yoman: Mereka menghancurkan masa depan anak dan cucu. Mereka menjual harga diri dan martabat mereka. Mereka menjual dan membuang roh-roh dan tulang-belulang leluhur mereka. Mereka sedang mengutuk diri mereka sendiri. Mereka tidak berterima kasih kepada Tuhan dan kepada para leluhur yang mewariskan harta berharga untuk hidup mereka.
Tanah tidak pernah
bertelur. Tanah tidak pernah beranak cucu. Tanah tidak pernah berbuah. Tanah
itu unik dan ajaib yang diberikan Tuhan dalam kekuasaan dan kedaulatan-Nya.
Tanah tidak pernah bersuara. Tanah tidak bisa menolak ketika ia dijual.Tanah
tidak pernah berdebat, berargumen dan marah ketika ia dijual kepada tangan
orang-orang asing.
Walaupun tanah tidak
pernah membela & mempertahankan diri ketika ia dijual, pada waktunya tiba
ia datangkan malapetaka, murka, kutuk, kemiskinan dan kemelaratan,
peminta-minta, pengemis di atas tanahnya sendiri.
Orang-orang menjual
tanah dan mendapat uang. Setelah uang habis orang-orang yang sama itu menjadi
pengemis dan juga mereka sewa rumah atau tinggal di kos di atas tanah yang
pernah dijual. Mereka mencari uang dan membayar rumah sewa atau kos yang
dibangun oleh orang asing. Penjual tanah rugi dan penderitaan berlipat ganda.
Kemelaratan, kutuk dan murka dari Tuhan, roh-roh leluhur menjadi sahabat
sejati, teman abadi, kawan sehari-hari.
Dampak dari kutukan dan
murka lain yang sangat melukai hati Anda adalah kehormatan istri Anda atau
kegadisan anak Anda akan dipertaruhkan dengan laki-laki yang punya uang. Anda
jangan pernah salahkan istrimu, anak gadismu. Sadarlah Anda adalah creator,
penyebab semua musibah dan malapetaka dalam rumah tangga dan anak dan cucumu.
Anda telah membuang semua sumber kehidupan, tanah.
Anda yang penjual tanah
adalah sahabat dari Iblis si Perusak, si Pencuri,si Penjahat, si Perampok. Anda
tidak sadar bahwa Anda tidak diberikan mandat oleh Tuhan & leluhur untuk
menjual tanah. Tanah itu hidup kita. Tanah mama/ibu kita. Tanah pemberian Tuhan
dengan cuma-cuma.
[17/10 9:31 AM] Socratez Yoman: 2. Saya Mendapat Inspirasi
Kalimat yang dipilih
sebagai topik artikel ini mendorong saya untuk berbuat sesuatu untuk bangsa dan
rakyat West Papua dari Sorong-Merauke. Saya sangat berdosa kalau bahaya ini
tidak saya ingatkan kepada bangsaku dan saudara-saudaraku. Jangan kita lupa
bahwa leluhur dan nenek moyang kita tidak pernah duduk dan berunding bersama
Allah untuk menciptakan tanah.
"Pada mulanya
Allah menciptakan langit dan bumi" (Kejadian 1:1). Dalam ayat ini tidak
berbicara pada mulanya Allah bersama dengan leluhur kita menjadikan langit dan
bumi. Lagi pula tidak ada mandat untuk menjual tanah.
Saya mau mengajak
saudara-saudaraku rakyat dan bangsa West Papua, ras Melanesia, kita harus jaga
tanah kita sebagai mama dan ibu kita dengan cara pendekatan berikut:
1. Kita melarang jual
tanah untuk kebun kelapa sawit. Karena tanah itu akan hilang dan jadi milik
pengusaha dan investor. Rakyat dan bangsa West Papua tidak mendapatkan
keuntungan dari Kepala Sawit.
2. Kita melarang jual
tanah untuk kebun padi atau sawah untuk padi karena itu tdak ada manfaatkan
untuk rakyat dan bangsa West Papua. Kita pertahankan tanah dan tanam Kelapa,
ubi, keladi, pisang dan buat kandang babi dan buat kolam ikan untuk
kelangsungan hidup anak dan cucu kita.
3. Jangan serahkan/hibahkan
tanah untuk membangun bangunan-bangunan pemukiman Transmigrasi yang tidak ada
manfaat untuk rakyat dan bangsa West Papua.
4. Kita kampanyekan:
Uang Anda Punya Tapi Tanah Milik Kami rakyat dan bangsa West Papua.
Semoga berguna bagi
Anda membaca Artikel kecil ini.
Ita Wakhu Purom, Numbay
(Jayapura), West Papua
17 Oktober 2017
=========
17 Oktober 2017
=========
Penulis:
1. Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persskutuan Gereja-gereja Baptis Papua
1. Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persskutuan Gereja-gereja Baptis Papua
2. Dosen Program Pasca
Sarjana (S2) Program Teologi pada Sekolah Tinggi Teologia Baptis Norman Sheila
Draiper (NORMSHED) Ita Wakhu Purom.
0 komentar:
Posting Komentar