Oleh: Dr. Socratez Sofyan Yoman)*
Anda semua yang membaca tulisan ini perlu menjawab dengan jujur sesuai dengan
hati nurani dan tanpa paksaan atas pertanyaan penulis bertalian dengan topik
ini. Apakah Anda setuju, “Biarkanlah rakyat dan bangsa West Papua berdiri
sendiri di atas Tanah leluhur mereka sebagai sebuah bangsa berdaulat penuh?”
Pemikiran ini dilatarbelakangi
dengan beberapa argumentasi sebagai pertangungjawaban saya kepada para pembaca
di West Papua, Indonesia dan komunitas internasional. Para penguasa Indonesia
sepertinya tidak tahu banyak tentang sejarah penggabungan West Papua ke dalam
wilayah Indonesia.
Karena belum punya pemahaman yang
benar dan utuh, mereka menjadi pemimpin paranoid. Mereka membuat pernyataan
hanya asal bunyi tanpa alasan dan argumentasi yang kuat.
1. TUHAN tempatkan bangsa West
Papua dalam keberaadaan dan keunikan mereka. Mereka pemilik tanah, pemilik
sejarah, hutan, gunung, pemilik segalanya, mereka punya dignity. Mereka bangsa
yang merdeka dan berdaulat. Mereka ada pemimpin dan ada rakyat yang dipimpin.
Mereka bukan bangsa budak. Mereka ada kehidupan. Mereka pemilik sah Tanah West
Papua.
2. Secara etnis, bangsa West
Papua tidak ada hubungan dengan bangsa Indonesia yang Melayu. Tidak ada
hubungan ini tidak saja pada etnis tapi juga budaya bangsa West Papua tidak
sama dengan budaya bangsa Melayu. Bukan saja etnis dan budaya yang berbeda tapi
letak geografis juga sangat jauh dan menempuh perjalanan 5-6 jam Jakarta
(Indonesia)-Sentani (West Papua).
3. Persoalan West Papua adalah
masalah komunitas internasional. Karena sebelum bangsa Indonesia menduduki dan
menjadikan wilayah koloni sejak 1 Mei 1963, bangsa West Papua sudah berhubungan
dengan dunia internasional sejak 5 Februari 1855. Gereja-gereja di West Papua
sudah ada hubungan dengan komunitas internasional.
4. Bangsa West Papua dijadikan
salah satu provinsi Indonesia dengan konspirasi komunitas internasional
terutama, Amerika, Belanda, PBB. Jadi, satu-satunya provinsi dimasukkan ke
dalam Indonesia atas keterlibatan Internasional adalah West Papua.
5. Perjanjian New York 15 Agustus
1962 tanpa melibatkan perwakilan rakyat dan bangsa West Papua.
6. PEPERA 1969 tidak demokratis,
penuh dengan ketidakadilan dan dimenangkan dengan moncong senjata. 1.025 orang
memilih utk tinggal dengan Indonesia karena tekanan moncong senjata ABRI.
7. Pelanggaran berat HAM yang
dilakukan negara sebagai kejahatan negara yang mengindikasikan Silent Genocide
( Pemusnahan Sunyi) sejak 1963 dan telah mencapai 54 tahun.
8. Kegagalan Otonomi Khusus No 21
Tahun 2001 sebagai win win solution.
9. Rakyat dan bangsa West Papua
telah kehilangan kepercayaan kepada pemerintah Republik Indonesia. Rakyat dan
bangsa West Papua menyadari bahwa tidak ada masa depan dalam Indonesia.
10. Rakyat dan bangsa West Papua
sadar akan ancaman serius dalam Indonesia dan sekarang sudah bangkit dengan
melahirkan wadah dan payung politik United Liberation Movement for West Papua
(ULMWP).
11. ULMWP diterima sebagai
Observer di MSG dan diakui juga dalam Forum Negara-Negara Pasifik. ULMW
diterima luas di seluruh dunia sebagai perwakilan resmi bangsa West Papua.
12. Sumber Daya Manusia (SDM)
sebagai salah satu syarat utk menjadi Negara sendiri telah terbukti: Sudah bisa
Kasdam, Bisa Pangdam, Kapolda, Ajudan Presiden, Pilot, Gubernur, Bupati dan
sudah sangat siap. Karena salah satu syarat yang ditanyakan komunitas
internasional kopada ULMWP adalah SDM. ULMWP akan menjawab bahwa SDM sudah siap
dan bukti-buktinya pada point 12 ini.
13. Rakyat Indonesia yang ada di
West Papua akan diberikan pilihan, apakah mau menjadi WN West Papua atau
kembali ke Negaranya, Indonesia.
14. Pemerintah Republik Indonesia
dan pemerintah West Papua akan melakukan perjanjian kerja sama dalam bidang
ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik dan keamanan.
Dalam tulisan ini, saya mau
ingatkan, jangan pemerintah kehilangan muka di dunia internasional. Artinya,
pemerintah Indonesia segera melangkah untuk perundingan dengan ULMWP.
Pemerintah Indonesia jangan mau ke meja perundingan dengan ULMWP karena didesak
komunitas internasional.
Pemerintah Indonesia jangan mau
pakai payung karena hujan deras dan hujan es. Lebih bijaksana pakai payung pada
saat hujan rintik-rintik. Karena era sekarang, sudah tidk relevan untuk
gerakkan pasukan TNI, alat tempur. Tidak ada gerakan perlawanan senjata di West
Papua.
Perjuangan rakyat dan bangsa West
Papua adalah perjuangan politik, lobby, diplomasi dengan senjata ampuh
Pelanggaran berat HAM dan Pemusnahan Etnis bangsa West Papua. Buktinya
pelanggaran berat HAM tidak pernah sepi tetapi terus meningkat tiap hari,
minggu dan bulan, seperti 1 Agusutus 2017 di Deiyai dan 9 Agustus 2017 di
Timika.
Salah satu alasan yang paling
penting adalah generasi muda rakyat dan bangsa Indonesia sudah mulai sadar dan
tahu bahwa mereka tidak mau memikul beban sejarah kebohongan dan penuh dengan
darah dan air mata bangsa West Papua.
Generasi muda bangsa Indonesia,
mereka mau hidup damai dan berdampingan sebagai dua bangsa yang berdaulat dan
terhormat tanpa melihat bangsa yang pernah diduduki dan dijajah.
Selamat membaca dan berdiskusi.
Semoga berguna tulisan ini.
)* Penulis adalah Ketua
Umum/Presiden Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
0 komentar:
Posting Komentar